Coffee Story
Pagi yang cerah, tidak semendung hari-hari biasanya. Matahari menampakan dirinya, kilaunya memasuki kamarku melalui jendela. Pagi itu aku terbangun, ku lihat jam mejaku menunjukan pukul 07.00 pagi. Padahal hari ini aku ada janji di luar kantor.
"Kesiangan lagi nih, semoga tepat sampai jam 08.00"
Kemudian aku pergi menaiki ojek online. Pagi ini terasa berbeda. Ada rasa was-was karena akan bertemu dengan orang baru, membicarakan hal baru, dan sedikit canggung karena harus sendirian janjian di luar kantor. Maklum, introvert. Hangatnya matahari agak sedikit membuatku tenang kali ini.
"Udah sampai nih Neng"
"Oh iya disini, Bang. Makasih ya"
Aku pun masuk melalui pintu depan.
***
"Kelaaaar! Duh kemana ya mana, laper belum sarapan"
Selesai sudah janjianku, saatnya aku mencari tempat lain untuk makan. Sekaligus ada kerjaan yang harus ku selesaikan juga. Terlintas dipikiranku untuk pergi ke sebuah coffee shop terdekat untuk sarapan sambil menyelesaikan pekerjaan lainnya.
Sampai di coffee shop terdekat, ku lihat daftar menunya.
"Hmmm, pesan ice coffee hazelnut deh, Mas satu. Sama ini apa ya namanya?"
"Itu beef sandwich, Kak"
"Boleh deh itu satu juga"
Selesai memesan makanan aku mencari meja kosong yang posisinya paling enak untuk mengerjakan kerjaanku. Pas sekali, ada meja kosong tepat di sisi kiri kasir, di pojok posisinya dan ada colokan listrik pastinya. Listrik adalah "kunci utama" karena aku harus berkutat di depan notebook seharian. Selanjutnya, ku tanyakan apa password wifi disini, karena wifi adalah "kunci kedua".
Jam demi jam berlalu, mataku masih menatap layar notebook. Kopi yang ku pesan juga sudah tinggal setengah, esnya pun sudah banyak yang larut. Pengunjung sudah mulai berganti, orang-orang yang sudah duduk di sini sejak pagi mulai pergi, namun semakin banyak yang datang di kala siang.
Sampai satu orang datang dan duduk di meja kosong tepat di sebelah mejaku. Ia mengenakan jaket putih dan celana jeans. Nampaknya juga sedang ingin mengerjakan kerjaannya disini. Rambutnya tertata rapi, ia mengenakan kacamata, dan terlihat agak sedikit brewokan wajahnya. Ia duduk sambil menaruh tas, tablet, dan tak lama menuju meja kasir untuk memesan makanan atau minuman entahlah. Aku masih sibuk dengan kerjaanku, namun sesekali sempat memperhatikan orang-orang yang datang. Tak lama, ia kembali ke kursinya dan mulai seperti menggambar dengan tablet-nya.
Beberapa menit berlalu, entah rasanya aneh. Gerak-gerik orang di sebelah mejaku mulai aneh.
Entah, dia seperti mencuri-curi pandang sambil terus menggambar. Ah atau hanya ke-pede-an ku saja.
***
Pagi yang cerah.
Aku melangkahkan kakiku menuju pintu masuk. Terlihat di sisi kiri ada meja kosong di sebelah seorang perempuan yang sedang sibuk dengan notebook-nya. Aku duduk di situ. Kutaruh tas, tablet, lalu aku pergi memesan sarapan dan teh.
Aku duduk kembali, ku lihat perempuan itu masih sibuk dengan notebook-nya. Lucu, ku lihat sesekali ia seperti bergumam sendiri, mungkin sedang membaca tulisan dokumen-dokumen kerjaan. Ia menggunakan gaun atau mungkin biasanya orang menyebutnya dengan kata gamis, berwarna hijau panjang dan kerudung bunga berwarna merah muda. Agak mencolok memang sehingga aku langsung memperhatikan ia ketika baru sampai.
Terlintas dibenakku untuk menggambar. Iya... aku memang hobi menggambar sejak di bangku SD. Beruntunglah, semenjak aku sudah bekerja aku bisa membeli peralatan menggambar yang lebih canggih sekarang dengan tablet. Aku mulai menggerakan pen ku diatas tablet, sesekali ku curi-curi pandang ke sebelah kiriku. Berbagai cara kulakukan, pura-pura sambil batuk, menoleh ketika ada orang yang masuk ke dalam, karena kebetulan pintu masuk ada tepat di depan si perempuan itu. Sesekali juga aku melirik ke arahnya, untunglah ia sedang sibuk menunduk memandang notebook-nya jadi aku tidak ketahuan.
***
Terlihat natural tapi aku tahu. Gerak-geriknya seperti memang melihatku. Entah aku harus suka, senang, atau risih. Otak ku seperti bilang "ayo selesaikan booklet ini biar cepat pulang dari sini". Tapi hati ini sedikit merasa senang lama-lama di coffee shop ini. Ketidaksamaan otak dan hati ini memang sering terjadi.
Aku mulai memasang earphone dan membuka situs youtube. Aku putar lagu dari band kesukaanku dimasa kecil, Michael Learns to Rock (MLTR). Setelah tiga menit lamanya lagu berubah, aku lupa mematikan autoplay. Lagu Destiny mulai terdengar di telingaku, lagu yang dinyanyikan oleh Jim Brickman bersama Jordan Hill. Lagu ini pernah aku dengar saat SMA. Aku tahu lagu ini karena membaca salah satu novel dari teman saat itu, aku lupa judulnya yang ku ingat nama tokohnya Jingga dan Senja. Dalam novel itu lagu ini disebutkan sebagai salah satu lagu kesukaan si tokohnya. Lagu ini memang asik di dengar. Aku terus memutar lagu ini, tidak ku ubah dengan lagu lain. Entah kebetulan atau apa... Destiny.
***
Tak lama...
Seorang perempuan berkerudung hitam masuk. Ia duduk tepat di depan si pria yang kutebak sedang menggambarku tadi. Mereka bertegur sapa dan sepertinya memang sudah janjian untuk bertemu di sini.
Aku kembali menatap layar notebook-ku mencoba mendengarkan lagu lainnya...
(bersambung).
"Kesiangan lagi nih, semoga tepat sampai jam 08.00"
Kemudian aku pergi menaiki ojek online. Pagi ini terasa berbeda. Ada rasa was-was karena akan bertemu dengan orang baru, membicarakan hal baru, dan sedikit canggung karena harus sendirian janjian di luar kantor. Maklum, introvert. Hangatnya matahari agak sedikit membuatku tenang kali ini.
"Udah sampai nih Neng"
"Oh iya disini, Bang. Makasih ya"
Aku pun masuk melalui pintu depan.
***
"Kelaaaar! Duh kemana ya mana, laper belum sarapan"
Selesai sudah janjianku, saatnya aku mencari tempat lain untuk makan. Sekaligus ada kerjaan yang harus ku selesaikan juga. Terlintas dipikiranku untuk pergi ke sebuah coffee shop terdekat untuk sarapan sambil menyelesaikan pekerjaan lainnya.
Sampai di coffee shop terdekat, ku lihat daftar menunya.
"Hmmm, pesan ice coffee hazelnut deh, Mas satu. Sama ini apa ya namanya?"
"Itu beef sandwich, Kak"
"Boleh deh itu satu juga"
Selesai memesan makanan aku mencari meja kosong yang posisinya paling enak untuk mengerjakan kerjaanku. Pas sekali, ada meja kosong tepat di sisi kiri kasir, di pojok posisinya dan ada colokan listrik pastinya. Listrik adalah "kunci utama" karena aku harus berkutat di depan notebook seharian. Selanjutnya, ku tanyakan apa password wifi disini, karena wifi adalah "kunci kedua".
Jam demi jam berlalu, mataku masih menatap layar notebook. Kopi yang ku pesan juga sudah tinggal setengah, esnya pun sudah banyak yang larut. Pengunjung sudah mulai berganti, orang-orang yang sudah duduk di sini sejak pagi mulai pergi, namun semakin banyak yang datang di kala siang.
Sampai satu orang datang dan duduk di meja kosong tepat di sebelah mejaku. Ia mengenakan jaket putih dan celana jeans. Nampaknya juga sedang ingin mengerjakan kerjaannya disini. Rambutnya tertata rapi, ia mengenakan kacamata, dan terlihat agak sedikit brewokan wajahnya. Ia duduk sambil menaruh tas, tablet, dan tak lama menuju meja kasir untuk memesan makanan atau minuman entahlah. Aku masih sibuk dengan kerjaanku, namun sesekali sempat memperhatikan orang-orang yang datang. Tak lama, ia kembali ke kursinya dan mulai seperti menggambar dengan tablet-nya.
Beberapa menit berlalu, entah rasanya aneh. Gerak-gerik orang di sebelah mejaku mulai aneh.
Entah, dia seperti mencuri-curi pandang sambil terus menggambar. Ah atau hanya ke-pede-an ku saja.
***
Pagi yang cerah.
Aku melangkahkan kakiku menuju pintu masuk. Terlihat di sisi kiri ada meja kosong di sebelah seorang perempuan yang sedang sibuk dengan notebook-nya. Aku duduk di situ. Kutaruh tas, tablet, lalu aku pergi memesan sarapan dan teh.
Aku duduk kembali, ku lihat perempuan itu masih sibuk dengan notebook-nya. Lucu, ku lihat sesekali ia seperti bergumam sendiri, mungkin sedang membaca tulisan dokumen-dokumen kerjaan. Ia menggunakan gaun atau mungkin biasanya orang menyebutnya dengan kata gamis, berwarna hijau panjang dan kerudung bunga berwarna merah muda. Agak mencolok memang sehingga aku langsung memperhatikan ia ketika baru sampai.
Terlintas dibenakku untuk menggambar. Iya... aku memang hobi menggambar sejak di bangku SD. Beruntunglah, semenjak aku sudah bekerja aku bisa membeli peralatan menggambar yang lebih canggih sekarang dengan tablet. Aku mulai menggerakan pen ku diatas tablet, sesekali ku curi-curi pandang ke sebelah kiriku. Berbagai cara kulakukan, pura-pura sambil batuk, menoleh ketika ada orang yang masuk ke dalam, karena kebetulan pintu masuk ada tepat di depan si perempuan itu. Sesekali juga aku melirik ke arahnya, untunglah ia sedang sibuk menunduk memandang notebook-nya jadi aku tidak ketahuan.
***
Terlihat natural tapi aku tahu. Gerak-geriknya seperti memang melihatku. Entah aku harus suka, senang, atau risih. Otak ku seperti bilang "ayo selesaikan booklet ini biar cepat pulang dari sini". Tapi hati ini sedikit merasa senang lama-lama di coffee shop ini. Ketidaksamaan otak dan hati ini memang sering terjadi.
Aku mulai memasang earphone dan membuka situs youtube. Aku putar lagu dari band kesukaanku dimasa kecil, Michael Learns to Rock (MLTR). Setelah tiga menit lamanya lagu berubah, aku lupa mematikan autoplay. Lagu Destiny mulai terdengar di telingaku, lagu yang dinyanyikan oleh Jim Brickman bersama Jordan Hill. Lagu ini pernah aku dengar saat SMA. Aku tahu lagu ini karena membaca salah satu novel dari teman saat itu, aku lupa judulnya yang ku ingat nama tokohnya Jingga dan Senja. Dalam novel itu lagu ini disebutkan sebagai salah satu lagu kesukaan si tokohnya. Lagu ini memang asik di dengar. Aku terus memutar lagu ini, tidak ku ubah dengan lagu lain. Entah kebetulan atau apa... Destiny.
***
Tak lama...
Seorang perempuan berkerudung hitam masuk. Ia duduk tepat di depan si pria yang kutebak sedang menggambarku tadi. Mereka bertegur sapa dan sepertinya memang sudah janjian untuk bertemu di sini.
Aku kembali menatap layar notebook-ku mencoba mendengarkan lagu lainnya...
(bersambung).
Komentar
Posting Komentar