Coffee Story (part II)
"Ini tuh project X, targetnya anak mahasiswa"
"bla bla bla"
***
Oh ternyata dia rekan kerjanya. Sempat ku kira perempuan itu pacarnya. Lagian apa peduliku, aku siapa. Kenapa harus kepo juga hmm.
Saat itu aku mencuri-curi dengar apa perbincangan si pria dengan temannya. Kebetulan earphone yang ku pakai memang sudah rusak dan suaranya sudah tidak terdengar lagi di sisi kanan. Jadi aku masih bisa dengar melalui telinga kananku. Aku agak kaget juga, ternyata suara si pria terdengar begitu lembut. Awalnya ku pikir suaranya akan nge-bass gitu ala ala Jackson Maine di film a star is born. Ternyata haluuuuuus banget.
Kembali aku menyelesaikan pekerjaanku, mendesain booklet seperti biasa. Aku memang senang kerja di coffee shop seperti ini. Suasananya nyaman, semua orang ke sini untuk kerja atau meeting. Kondusif deh buat cari inspirasi desain. Ya syukur-syukur bisa cuci mata seperti hari ini hehe.
***
Capek juga ini meeting gak selesai-selesai, gak apa-apa deh yang penting si perempuan ini masih disini. Telingaku mencoba mendengarkan penjelasan rekan kerjaku secara seksama tapi pandanganku tidak hentinya mencari-cari celah untuk melihat ke arah si perempuan itu.
Penasaran juga sih, siapa namanya, di mana dia tinggal. Khayalan demi khayalan terlintas seandainya aku bisa berbincang akrab dengannya. Tapi, siapa aku, kenal juga tidak. Tapi apakah aku harus memberanikan diri berkenalan? Ah, kalau memang takdir juga nanti bisa.
***
"Mas, boleh titip tas saya sebentar gak? Saya mau ke belakang sebentar"
Ucapku kepada Mas penjaga kasir.
Kemudian aku pergi sebentar ke luar coffee shop.
***
"Eh kita pindah aja yuk ke atas, udah dateng tuh si Joni"
Yah, harus pindah ke atas lagi. Nanti gak bisa lihat si perempuan itu lagi deh. Kemana ya dia?
***
Aku kembali ke mejaku, ku lihat meja sebelah sudah kosong. Yah, sudah pergi kayaknya dia. Ya udahlah kalau memang takdir, pasti akan bertemu lagi...
Hari juga udah semakin sore dan mendung. Bergegas aku memesan ojek online untuk pulang ke rumah.
Hanya segitu saja? Iya, itulah kisah pertemuanku dengannya. Entah dia siapa. Tapi, cukup bisa mengalihkan pikiranku untuk sesa'at. Kalau memang takdir, pasti akan bertemu lagi.
"bla bla bla"
***
Oh ternyata dia rekan kerjanya. Sempat ku kira perempuan itu pacarnya. Lagian apa peduliku, aku siapa. Kenapa harus kepo juga hmm.
Saat itu aku mencuri-curi dengar apa perbincangan si pria dengan temannya. Kebetulan earphone yang ku pakai memang sudah rusak dan suaranya sudah tidak terdengar lagi di sisi kanan. Jadi aku masih bisa dengar melalui telinga kananku. Aku agak kaget juga, ternyata suara si pria terdengar begitu lembut. Awalnya ku pikir suaranya akan nge-bass gitu ala ala Jackson Maine di film a star is born. Ternyata haluuuuuus banget.
Kembali aku menyelesaikan pekerjaanku, mendesain booklet seperti biasa. Aku memang senang kerja di coffee shop seperti ini. Suasananya nyaman, semua orang ke sini untuk kerja atau meeting. Kondusif deh buat cari inspirasi desain. Ya syukur-syukur bisa cuci mata seperti hari ini hehe.
***
Capek juga ini meeting gak selesai-selesai, gak apa-apa deh yang penting si perempuan ini masih disini. Telingaku mencoba mendengarkan penjelasan rekan kerjaku secara seksama tapi pandanganku tidak hentinya mencari-cari celah untuk melihat ke arah si perempuan itu.
Penasaran juga sih, siapa namanya, di mana dia tinggal. Khayalan demi khayalan terlintas seandainya aku bisa berbincang akrab dengannya. Tapi, siapa aku, kenal juga tidak. Tapi apakah aku harus memberanikan diri berkenalan? Ah, kalau memang takdir juga nanti bisa.
***
"Mas, boleh titip tas saya sebentar gak? Saya mau ke belakang sebentar"
Ucapku kepada Mas penjaga kasir.
Kemudian aku pergi sebentar ke luar coffee shop.
***
"Eh kita pindah aja yuk ke atas, udah dateng tuh si Joni"
Yah, harus pindah ke atas lagi. Nanti gak bisa lihat si perempuan itu lagi deh. Kemana ya dia?
***
Aku kembali ke mejaku, ku lihat meja sebelah sudah kosong. Yah, sudah pergi kayaknya dia. Ya udahlah kalau memang takdir, pasti akan bertemu lagi...
Hari juga udah semakin sore dan mendung. Bergegas aku memesan ojek online untuk pulang ke rumah.
Hanya segitu saja? Iya, itulah kisah pertemuanku dengannya. Entah dia siapa. Tapi, cukup bisa mengalihkan pikiranku untuk sesa'at. Kalau memang takdir, pasti akan bertemu lagi.
Komentar
Posting Komentar